Senin, 16 Mei 2016

HUBUNGAN FISAFAT DAN AGAMA



KARYA ILMIAH
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
“HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA”
DOSEN PEMBIMBING
 WIRA SUGIATO, S.ip, MP.di
DISUSUN OLEH:
SITI NAHRIYAH


SEMESTER PAI (IVA)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
(STAIN) BENGKALIS
TAHUN 2016 /1437 H

KATA PENGANTAR

            Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
            Alhamdulillahirabil ‘alamin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini dengan judul Hubungan Filsafat Dan Agama.
            Terima kasih penyusun ucapkan kepada Bapak Wira Sugiarto, S.ip, MP.di selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika, yang telah memberikan pengarahaan dan bimbingannya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Dan tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesainya tugas ini. Penyusun berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
            Sekalipun demikian tak ada gading yang tak retak, begitu pula karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, dalam karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa penyusun harapkan.
            Akhirnya penyusun berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam pembelajaran, dan semoga Allah selalu meridhoi setiap langkah kita. Amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh




                                                                                                                  Penulis

                                                                                                              Siti Nahriyah


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................    i
DAFTAR ISI..................................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................   1
A.    Latar Belakang Masalah......................................................................................   1
B.     Rumusan..............................................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................   2
A.    Pengertian Filsafat...............................................................................................   2
B.     Pengertian Agama................................................................................................   4
C.     Hubungan Filsafat Dan Agama...........................................................................   6
D.    Sikap Orang Terhadap Filsafat Dan Agama........................................................   9
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 10
A.    Kesimpulan.......................................................................................................... 10
B.     Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
         Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.
         Filsafat islam pada dasarnya bertujuan untuk mempertemukan antara agama dengan filsafat. Permasalahan yang kemudian timbul adalah bagaimana mempertemukan agama sebagai wahyu Tuhan dengan filsafat sebagai hasil ciptaan dan pikiran manusia. Permasalahan ini muncul ketika kebenaran agama harus dipertemukan dengan kebenaran filsafat yang berlandaskan pemikiran dan logika manusia. Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
B.     Rumusan Masalah
1)      Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
2)      Apa yang dimaksud dengan Agama?
3)      Apa Hubungan Filsafat dan Agama?
4)      Bagaimana Sikap Orang Terhadap Filsafat dan Agama?
        


BAB III
PEMBAHASAN
HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA
A.    PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminologi[1].
1.      Filsafat secara Etimologi
         Kata filsafat, yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan isltilah philosophy adalah beraisal dari bahasa yunani philosophia. Terdiri atas kata philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (370-399 SM) dan para filsuf lainnya.
2.      Filsafat secara Terminologi
         Secara terminology adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
v  Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
v  Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
v  Al Farabi
Filsuf ini menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
v  Rene Descartes
Menurutnya, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan dimana tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
v  Immanuel Kant
Menurutnya, filsafat adalah ilmu  (pengetahuan) yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
v  Langeveld
Berpendapat bahwa, filsafat adalah berpikir tentang masalah-maslah yang akhir dan yang menentukan, yaitu masalah-masalah mengenai makna keadaan, tuhan, kebadian, dan kebebesan.
v  Hasbullah Bakry
Menurutnya, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidik segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan.
v  N. Driyarkara
Filsuf Indonesia ini berpendapat bahwa filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
v  Notonagoro
Berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
v  Ir. Poedjawijatna
Menurutnya filasafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
         Jika disadari, perbedaan pendapat itu adalah wajar karena perkembangan ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai spesialisasi ilmu yang sesungguhnya terpecah dari filsafat pada umumnya dan selanjutnya muncullah filsafat khsus, seperti filsafat politik, filsafat akhlak, filsafat agama dan sebagainya. Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum dicantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.
         Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan ‘sesuatu’ itu adanya. Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu. ‘ada’ merupakan implikasi dasar. Jadi, segala sesuatu yang memiliki kualitas tertentu pasti adalah ‘ada’. Filsafat membahas lapisan terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah yang paling mendasar.
         Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek atau gejala secara mendalam, sedangkan pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejal-gejala[2]. Membicarakan gejal untuk masuk kepada hakikat itulah yang menjadi focus filsafat. Untuk masuk kepada hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari filsafat. Filsafat juga bersifat integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan.

B.     PENGERTIAN AGAMA
Agama menurut Kamus besar bahasa Indonesia ialah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
1.      Agama secara Etimologi
         Pengertian agama secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi, kemudian dari kata gam tersebutmendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan mencapai kebahagiaan.
         Di samping itu terdapat pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, arti kata agama adalah tidak kacau atau teratur.
         Kata religi - religion dan religio, secara etimologi – menurut winker paris dalam algemene encyclopaedie mungkin sekali dari bahasa latin, yaitu dari kata religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang bereligi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati hati, maka dimaksudkanbahwa orang yang bereligi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
         Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa agama (religi, din): (1) merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera; (2) bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati. (3) aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya.
2.  Agama secara Terminologi
                  Secara teriminologi agama juga diberi definisi oleh berbagai pemikir dalam bentuk yang berbagai macam.
v  Sidi Gazalba
memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. Karena dalam definisi yang dikemukakan di atas terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum, Gazalba mengemukakan definisi agama Islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan al-Quran dan Sunnah.
v  Muhammad Abdul Qadir Ahmad
mengatakan agama yang diambil dari pengertian din al-haq ialah sistem hidup yang diterima dan diridhai Allah ialah sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas dasar itu manusia tunduk dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang disyari`atkan Allah untuk manusia
Agama lebih mengedepankan moral dan menjaga tradisi yang sudah mapan, cendrung eksklusif, dan subjektif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati[3].
Bagi orang yang yakin adanya hari pembalasan, kegelisahan itu akan berkurang karena hidup di sana jauh lebih baik dibandingkan hidup di dunia. Agama selalu berpikir tentang ada atas dasar iman atau keyakinan[4].
C.    HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA
            Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. . Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas bertujuan mencapai kebenaran yang sejati. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mempunyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.
Filsafat dan agama baru dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan manusia apabila merefelesikanya dalam diri manusia. Menurut Prof.Nasioen,SH mengatakan bahwa “Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama, apabila filsafat tidak beradasarkan agama, dan hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikiran saja, maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif. 
Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
Alasan filsafat untuk menerima kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan penylidikan sendiri, hasil pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu. Ada juga beberapa hal yang masuk kewilayah agama yang diselidiki pula oleh filsafat. Kalau demikian mungkinkah ada pertentangan antara agama dan filsafat? Pada dasarnya tidak, karena kalau kedua-duanya memang mempunyai kebenaran, maka kebenaran itu satu, dan sudah barang tentu sama. Tidak mungkin ada sesuatu yang pada prinsipnya benar, juga tidak benar. Tegasnya bahwa lapangan filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, akan tetapi dasarnya amat berlainan[5]. Filsafat berdasarkan pikiran belaka. Agama berdasarkan wahyu ilahi.
Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan. Sehingga dalam hal ini hubungan filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga  mempunyai objek materia yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek metefisik dan aspek pisik.
ü  Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya.
ü  Aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.
Kedua aspek ini (metafisik dan pisik) menjadi objek materia filsafat. Namun demikian objek filsafat agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik. Dengan demikian, agama ternyata termasuk objek materia filsafat yang tidak dapat diteliti oleh sains. Objek materia filsafat jelas lebih luas dari objek materi sains. Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh sifat penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah penyelidikan yang mendalam, atau keingin tahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu sendiri.
Filsafat membutuhkan agama (wahyu) karena ada masalah-masalah yang berkaitan dengan alam gaib yang tak bisa dijangkau oleh akal filsafat. Sementara agama juga memerlukan filsafat untuk memahami ajaran agama. Berdasarkan perspektif ini tidak logis apabila ajaran agama dan filsafat saling bertolak belakang. Karena keduanya merupakan karunia dari Tuhan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Perlu diingat bahwa pembahasan agama dengan kacamata filsafat bertujuan untuk menggali kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau paling tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip logika. Sehingga dari sanalah diketahui bahwa terdapat hubungan erat antara filsafat dan agama.
v  Titik persamaan filsafat dan agama
a.       Filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah  kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan.
b.      Dalam mencari kebenaran (obyektivitas)  itu kedua bentuk pengetahuan itu masing-masing mempunyai metode, sistem, dan mengelolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan.
c.       Filsafat bertujuan mencari kebenaran tentang mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri.
v  Titik perbedaan filsafat dan agama
a.       Sumber filsafat dri manusia itu sendiri dalam arti pikiran pengalaman dan intuisinya. Oleh karena itu disebut juga bersifat horizontal da immament. Sumber kebenaran agama adalah dari Allah dilangit, karena itu disebut juga bersifat vertikal dan transcendental.
b.      Approach (pendekatan) Kebenaran filsafat dengan jalan perenungan (contemplation/ spekulatif) dari akal budi atau budi murni mancara radikal, sistematis dan universal tanpa pertolongan dan bantuan dari wahyu Allah. Approach (pendekatan) kebenaran agama dengan jalan berpaling kepada wahyu Allah yang dikodifikasikan dalam kitab suci Taurat, Injil dan Al-Quran[6].
c.       Sifat kebenaran filsafat adalah spekulatif yaitu sauatu penungan yang bersifat mengakar (radikal) menyeluruh (integral) dan menyemesta universal). Juga bersifat nisbi (relatif). Dimuali pula dengan keraguan (?), setelah yakin lalu setuju (!), dan sesudah itu ragu dan bertanya lagi (?) untuk mencari jawaban yang mengasas dan mendalam. Jadi kode rumus filsafat ialah: “?!?”.
Sifat kebenaran agama adalah mutlak (absolut) karena bersumber dari Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak, Maha Sempurna, Maha Bijaksana yaitu Allah. Dimulai dari keimanan dan keyakinan (!), setelah iman dan yakin menyelidiki kebenaran yang mutlak (absolut) itu (?) setelah konsistem antara keimanan dan keyakinan dengan hasil penyelidikannya maka terjadilah pendalaman keimanan dan keyakinan itu yang disebut taqwa (!). Jadi kode rumus agama ialah: “!?!”.

D.    SIKAP ORANG TERHADAP FILSAFAT DAN AGAMA
            Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh filsafat dan agama itu untuk sebagian adalah sama: mengenai dasar-dasar hidup, tujuan hidup, kesulitan, hidup sesudah hidup di dunia ini, kebahagiaan manusia, pengabdian manusia, pengabdian kepada Tuhan dan sebagainya.
            Dan sikap “ingit dikuasai” oleh bahagia itu terlaksana dengan sempurna dalam agama. Sebab disini manusia berrhadapan dengan penciptanya, dengan sumber kebahagiaannya, dengan tujuannya yang terakhir. Sikap ingin menguasai disinipun masih tetap ada, akan tetapi insyaf akan kekuranganya, maka manusia menjadi menyerah, tunduklah ia, siap untuk mendengarkan.
            Dengan lain perkataan: dalam mempelajari manusia dan dunia sampai pada dasar-dasarnya yang terdalam yang mengasas, maka sampailah kita pada pengertian sebab pertama, pada pengertian tujuan terakhir dan sumber ada pada pengertian Tuhan. Dialah yang merupakan seumber ”ada” kita, sumber kebahagiaan kita. Maka akan timbullah keinginan untuk lebih mengenal akan beliau. Dan sekarang terjadilah apa yang terjadi pula pada perhubungan antara seoarang manusia dengan sesamanya manusia[7].
           










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat. Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan, jadi dalam hal ini hubungan  filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
         Filsafat membutuhkan agama (wahyu) karena ada masalah-masalah yang berkaitan dengan alam gaib yang tak bisa dijangkau oleh akal filsafat. Sementara agama juga memerlukan filsafat untuk memahami ajaran agama. Berdasarkan perspektif ini tidak logis apabila ajaran agama dan filsafat saling bertolak belakang. Karena keduanya merupakan karunia dari Tuhan yang tak dapat dipisah-pisahkan.

B.     Sarana
         Dari penulisan karya ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi dari karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.













DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo,ilmu filsafat suatu pengantar,PT bumi aksara,Jakarta,2005.
Bakhtiar Amsal, filsafat ilmu, PT rajagrafindo persada, Jakarta, 2009.
Latif Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu,Kencana, Jakarta, 2014.
Juhaya, S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Kencana,  Jakrata, 2010.
Salam Burhanuddin, Pengantar Filsafat, PTBumi Aksara, Jakarta, 2012.


[1] Drs. Surajiyo,ilmu filsafat suatu pengantar,PT bumi aksara,Jakarta,2005,hlm 1.
[2] Ibid hlm 4.
[3] Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A,filsafat ilmu, PT rajagrafindo persada, Jakarta, 2009, hlm 231.
[4] Mukhtar Latif, Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu,Kencana, Jakarta, 2014, hlm 177.
[5] Prof. Dr. Juhaya, S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Kencana,  Jakrata, 2010, hlm 15.
[6] Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, PTBumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm 184.
[7] Ibid hlm 167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar